BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Arti Iman (الإيمان) secara harafiah dalam Islam adalah bererti percaya kepada Allah. Dengan itu orang yang beriman adalah ditakrifkan
sebagai orang yang percaya (mukmin). Siapa yang percaya maka dia dikatakan beriman. Perkataan Iman (إيمان) diambil dari kata kerja 'aamana' (أمن) - yukminu' (يوءمن) yang bererti 'percaya' atau 'membenarkan'. Perkataan
Iman yang bererti 'membenarkan' itu disebutkan dalam al-Quran, di antaranya dalam Surah
At-Taubah ayat 62 yang
bermaksud: "Dia (Muhammad) itu membenarkan (mempercayai) kepada Allah dan
membenarkan kepada para orang yang beriman."
Takrif Iman menurut istilah syariat Islam ialah seperti
diucapkan oleh Ali bin Abi Talib r.a. yang bermaksud: "Iman itu ucapan dengan lidah
dan kepercayaan yang benar dengan hati dan perbuatan dengan anggota." Aisyah
r.a. pula berkata: "Iman kepada Allah itu mengakui dengan lisan dan
membenarkan dengan hati dan mengerjakan dengan anggota."
Imam al-Ghazali menghuraikan makna Iman adalah: "Pengakuan
dengan lidah (lisan) membenarkan pengakuan itu dengan hati dan mengamalkannya
dengan rukun-rukun (anggota-anggota)."
Iman ialah membenarkan dengan hati, menyatakan dengan
lisan, dan melakukan dengan anggota badan. Ringkasnya orang yang beriman ialah
orang yang percaya, mengaku dan beramal. Tanpa tiga syarat ini, seseorang itu
belumlah dikatakan beriman yang sempurna. Ketiadaan satu sahaja dari yang tiga
itu, sudah lainlah nama yang Islam berikan pada seseorang itu, iaitu fasik, munafik atau kafir.
B. RUMUSAN MASALAH
-
Bagaimana cara mengimani Nabi dan Rasul
?
-
Tugas apa saja yang di berikan Nabi dan
Rasul kepada Allah ?
-
Bagaimana tanda-tanda beriman kepada
Rasul Allah ?
-
Bagaimana bukti cinta kita kepada Rasul
Allah ?
-
Nilai-nilai apa saja yang harus di
aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari ?
C. TUJUAN MASALAH
-
Mampu mengidentifikasi tanda-tanda
beriman kepada Rasul-rasul Allah.
-
Mampu menjelaskan tanda-tanda beriman
kepada Rasul-rasul Allah.
-
Mampu menjelaskan sikap beriman kepada
Rasul-rasul Allah.
-
Mampu mengidentifikasi contoh-contoh
beriman kepada Rasul-rasul Allah.
-
Mampu menjelaskan contoh-contoh
perilaku beriman kepada Rasul-rasul Allah.
-
Mampu mengidentifikasi sifat-sifat
mulia para Rasul Allah.
-
Menampilkan perilaku yang mencerminkan
keimanan kepada Rasul-rasul Allah.
-
Mampu meneladani sifat- sifat mulia
Rasul-rasul Allah.
-
Mampu mengaplikasikan sifat-sifat para
Rasul Allah dalam kehidupan sehari-hari.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN IMAN KEPADA RASUL-RASUL
ALLAH
Iman kepada Rasul
Allah termasuk rukun iman yang keempat dari enam rukun yang wajib diimani oleh
setiap umat Islam. Yang dimaksud iman kepada para rasul ialah meyakini dengan
sepenuh hati bahwa para rasul adalah orang-orang yang telah dipilih oleh Allah swt.
untuk menerima wahyu dariNya untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia agar
dijadikan pedoman hidup demi memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Menurut Imam
Baidhawi, Rasul adalah orang yang diutus Allah swt. dengan syari’at yang baru
untuk menyeru manusia kepadaNya. Sedangkan nabi adalah orang yang diutus Allah
swt. untuk menetapkan (menjalankan) syari’at rasul-rasul sebelumnya. Sebagai
contoh bahwa nabi Musa adalah nabi sekaligus rasul. Tetapi nabi Harun hanyalah
nabi, sebab ia tidak diberikan syari’at yang baru. Ia hanya melanjutkan atau
membantu menyebarkan syari’at yang dibawa nabi Musa AS.
Mengenai identitas rasul dapat dibaca dalam Q.S. Al-Anbiya ayat 7 dan Al-Mukmin ayat 78 yang artinya: “ Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad) melainkan beberapa orang laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu jika kamu tiada mengetahui.” (Q.S. al Anbiya: 7). "Dan sesungguhnya telah kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada pula yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang Rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah dari Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil." (Q.S. Al-Mukmin : 78).
Mengenai identitas rasul dapat dibaca dalam Q.S. Al-Anbiya ayat 7 dan Al-Mukmin ayat 78 yang artinya: “ Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad) melainkan beberapa orang laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu jika kamu tiada mengetahui.” (Q.S. al Anbiya: 7). "Dan sesungguhnya telah kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada pula yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi seorang Rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; maka apabila telah datang perintah dari Allah, diputuskan (semua perkara) dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil." (Q.S. Al-Mukmin : 78).
Dalam ayat di atas
dijelaskan, bahwa rasul-rasul yang pernah diutus oleh Allah swt. adalah mereka
dari golongan laki-laki, tidak pernah ada rasul berjenis kelamin perempuan, dan
jumlah rasul yang diutus sebelum Nabi Muhammad saw. sebenarnya sangat banyak.
Di antara para rasul itu ada yang diceritakan kisahnya di dalam Al-Quran dan
ada yang tidak.
أَبِى ذَر قَالَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ كَمْ عِدَّةُ اْلاَنْبِيَاءِ
؟ قَالَ : مِائَةُ اَلْفٍ وَاَرْبَعَةٌ وَعِشْرُوْنَ اَلْفًا اَلرُّسُلُ مِنْ ذَالِكَ ثَلاَثَةُ مِائَةٍ وَخَمْسَةَ عَشَرَ جَمًّا غَفِيْرًا (رَوَاهُ أَحْمَد).
"Dari Abu Dzar ia berkata: Saya
bertanya, wahai Rasulullah : berapa jumlah para nabi? Beliau menjawab: Jumlah
para Nabi sebanyak 124.000 orang dan di antara mereka yang termasuk rasul
sebanyak 315 orang suatu jumlah yang besar." (H.R. Ahmad)
Berdasarkan hadis di
atas jumlah nabi dan rasul ada 124.000 orang, diantaranya ada 315 orang yang
diangkat Allah swt. menjadi rasul. Diantara 315 orang nabi dan rasul itu, ada
25 orang yang nama dan sejarahnya tercantum dalam Al Quran dan mereka inilah
yang wajib kita ketahui, yaitu:
·
Adam AS. bergelar Abu al-Basyar (Bapak
semua manusia) atau manusia pertama yang Allah swt. ciptakan, tanpa Bapak dan
tanpa Ibu, terjadi atas perkenanNya “ Kun Fayakun” artinya “ Jadilah ! , maka
terjelmalah Adam.”Usia nabi Adam mencapai 1000 tahun.
·
Idris AS. adalah keturunan ke 6 dari
nabi Adam. Beliau diangkat menjadi Rasul setelah berusia 82 tahun. Dilahirkan
dan dibesarkan di sebuah daerah bernama Babilonia. Beliau berguru kepada nabi
Syits AS.
·
Nuh AS. adalah keturunan yang ke 10
dari nabi Adam. Usianya mencapai 950 tahun. Umat beliau yang membangkang ditenggelamkan
oleh Allah swt. dalam banjir yang dahsyat. Sedangkan beliau dan umatnya
diselamatkan oleh Allah swt. karena naik bahtera yang sudah beliau persiapkan
atas petunjuk Allah swt.
·
Hud AS. adalah seorang rasul yang
diutus kepada bangsa ‘Ad yang menempati daerah Ahqaf, terletak diantara Yaman
dan Aman (Yordania) sampai Hadramaut dan Asy-Syajar, yang termasuk wilayah Saudi
Arabia.
·
Shaleh AS.Beliau masih keturunan nabi
Nuh AS. diutus untuk bangsa Tsamud, menempati daerah Hadramaut, yaitu daratan
yang terletak antara Yaman dan Syam (Syiria). Kaum Tsamud sebenarnya masih
keturunan kaum ‘Ad.
·
Ibrahim AS. putra Azar si pembuat
patung berhala. Dilahirkan di Babilonia, yaitu daerah yang terletak antara
sungai Eufrat dan Tigris. Sekarang termasuk wilayah Irak. Beliau berseteru
dengan raja Namrud, sehingga beliau dibakarnya dalam api yang sangat dahsyat,
tetapi Nabi Ibrahim tidak mempan dibakar, karena diselamatkan Allah swt. Beliau
juga dikenal sebagai Abul Anbiya (bapaknya para nabi), karena anak cucunya banyak
yang menjadi nabi dan rasul. Syari’at beliau banyak diamalkan oleh Nabi
Muhammad saw. antara lain dalam ibadah haji dan Ibadah Qurban, termasuk khitan.
·
Luth AS. Beliau keponakan nabi Ibrahim,
dan beliau banyak belajar agama dari nabi Ibrahim. Diutus oleh Allah swt.
kepada kaum Sodom, bagian dari wilayah Yordania. Kaum nabi Luth dihancurkan
oleh Allah swt. dengan diturunkan hujan batu bercampur api karena
kedurhakaannya kepada Allah swt, terutama karena perilaku mereka yang suka
mensodomi kaum laki-laki.
·
Ismail AS. adalah putra nabi Ibrahim
AS. bersama ayahnya membangun (merenovasi) Ka’bah yang menjadi kiblat umat
Islam. Beliau adalah seorang anak yang dikurbankan oleh ayahnya Ibrahim,
sehingga menjadi dasar pensyari’atan ibadah Qurban bagi umat Islam.
·
Nabi Ishak AS. putra Nabi Ibrahim dari
isterinya, Sarah. Jadi nabi Ismail dengan nabi Ishak adalah saudara sebapak,
berlainan ibu.
·
Ya’qub AS. adalah putra Ishaq AS.
Beliaulah yang menurunkan 12 keturunan yang dikenal dalam Al Quran dengan
sebutan al Asbath, diantaranya adalah nabi Yusuf yang kelak akan menjadi raja
dan rasul Allah swt.
·
Yusuf AS putra nabi Ya’qub AS.Beliaulah
nabi yang dikisahkan dalam al Quran sebagai seorang yang mempunyai paras yang
tampan, sehingga semua wanita bisa tergila-gila melihat ketampanannya, termasuk
Zulaiha isteri seorang pembesar Mesir (bacalah kisahnya dalam Q.S. surah yusuf).
·
Ayyub AS. adalah putra Ish . Ish adalah
saudara kandung Nabi Ya’qub AS. berarti paman nabi Yusuf AS. Jadi nabi Ayyub
dan nabi Yusuf adalah saudara sepupu. Nabi Ayyub digambarkan dalam Al Quran
sebagai orang yang sangat sabar. Beliau diuji oleh Allah swt. dengan penyakit
kulit yang sangat dahsyat, tetapi tetap bersabar dalam beribadah kepada Allah swt.
(bacalah kembali kisahnya) .
·
Dzulkifli AS. putra nabi Ayyub AS. Nama
aslinya adalah Basyar yang diutus sesudah Ayyub, dan Allah memberi nama
Dzulkifli karena ia senantiasa melakukan ketaatan dan memeliharanya secara
berkelanjutan
·
Syu’aib masih keturunan nabi Ibrahim.
Beliau tinggal di daerah Madyan, suatu perkampungan di daerah Mi’an yang
terletak antara syam dan hijaz dekat danau luth. Mereka adalah keturunan Madyan
ibnu Ibrahim a.s.
·
Yunus AS adalah keturunan Ibrahim
melalui Bunyamin, saudara kandung Yusuf putra nabi Ya’qub. Beliau diutus ke
wilayah Ninive, daerah Irak. Dalam sejarahnya beliau pernah ditelan ikan hiu
selama 3 hari tiga malam didalam perutnya, kemudian diselamatkan oleh Allah
swt.
·
Musa AS. adalah masih keturunan nabi
Ya’qub. Beliau diutus kepada Bani Israil. Beliau diberi kitab suci Taurat oleh
Allah swt.
·
Harun AS. adalah saudara nabi Musa AS.
Yang sama-sama berdakwah di kalangan Bani Israil di Mesir.
·
Dawud AS.adalah seorang panglima perang
bani Israil yang diangkat menjadi nabi dan rasul oleh Allah swt, diberikan
kitab suci yaitu Zabur. Beliau punya kemampuan melunakkan besi, suka tirakat,
yaitu puasa dalam waktu yang lama. Caranya dengan berselang-seling, sehari
puasa, sehari tidak.
·
Sulaiman AS. adalah putra Dawud. Beliau
juga terkenal sebagai seorang raja yang kaya raya dan mampu berkomunikasi
dengan binatang (bisa bahasa binatang).
·
Ilyas AS. adalah keturunan Nabi Harun
AS. diutus kepada Bani Israil. Tepatnya di wilayah seputar sungai Yordan.
·
Ilyasa AS. berdakwah bersama nabi Ilyas
kepada bani Israil. Meskipun umurnya tidak sama, Nabi Ilyas sudah tua,
sedangkan nabi Ilyasa masih muda. Tapi keduanya saling bahu membahu berdakwah
di kalangan Bani Israil.
·
Zakaria AS. seorang nabi yang dikenal
sebagai pengasuh dan pembimbing Siti Maryam di Baitul Maqdis, wanita suci yang
kelak melahirkan seorang nabi, yaitu Isa AS.
·
Yahya AS. adalah putra Zakaria.
Kelahirannya merupakan keajaiban, karena terlahir dari seorang ibu dan ayah
(nabi Zakaria) yang saat itu sudah tua renta, yang secara lahiriyah tidak
mungkin lagi bisa melahirkan seorang anak.
·
Isa AS. adalah seorang nabi yang lahir
dari seorang wanita suci, Siti Maryam. Ia lahir atas kehendak Allah swt, tanpa
seorang bapak. Beliau diutus oleh Allah swt. kepada umat Bani Israil dengan
membawa kitab Injil. Beliaulah yang dianggap sebagai Yesus Kristus oleh umat
Kristen.
·
Muhammad saw. putra Abdullah, lahir
dalam keadaan Yatim di tengah-tengah masyarakat Arab jahiliyah. Beliau adalah
nabi terakhir yang diberi wahyu Al Quran yang merupakan kitab suci terakhir
pula.
B. TUGAS PARA RASUL
Tugas pokok para
rasul Allah ialah menyampaikan wahyu yang mereka terima dari Allah swt. kepada
umatnya. Tugas ini sungguh sangat berat, tidak jarang mereka mendapatkan
tantangan, penghinaan, bahkan siksaan dari umat manusia. Karena begitu berat
tugas mereka, maka Allah swt. memberikan keistimewaan yang luar biasa yaitu
berupa mukjizat.
Mukjizat ialah suatu
keadaan atau kejadian luar biasa yang dimiliki para nabi atau rasul atas izin
Allah swt. untuk membuktikan kebenaran kenabian dan kerasulannya, dan sebagai
senjata untuk menghadapi musuh-musuh yang menentang atau tidak mau menerima
ajaran yang dibawakannya.
Adapun tugas para nabi dan rasul adalah sebagai berikut:
Adapun tugas para nabi dan rasul adalah sebagai berikut:
1. Mengajarkan
aqidah tauhid, yaitu menanamkan keyakinan kepada umat manusia bahwa:
a.
Allah adalah Dzat Yang Maha Kuasa dan
satu-satunya dzat yang harus disembah (tauhid ubudiyah).
b.
Allah adalah maha pencipta, pencipta
alam semesta dan segala isinya serta mengurusi, mengawasi dan mengaturnya
dengan sendirinya (tauhid rububiyah)
c.
Allah adalah dzat yang pantas dijadikan
Tuhan, sembahan manusia (tauhid uluhiyah)
d.
Allah mempunyai sifat-sifat yang
berbeda dengan makhluqNya (tauhid sifatiyah)
2. Mengajarkan
kepada umat manusia bagaimana cara menyembah atau beribadah kepada Allah swt.
Ibadah kepada Allah swt. sudah dicontohkan dengan pasti oleh para rasul, tidak
boleh dibikin-bikin atau direkayasa. Ibadah dalam hal ini adalah ibadah mahdhah
seperti salat, puasa dan sebagainya. Menambah-nambah, merekayasa atau
menyimpang dari apa yang telah dicontohkan oleh rasul termasuk kategori
“bid’ah,” dan bid’ah adalah kesesatan.
3. Menjelaskan
hukum-hukum dan batasan-batasan bagi umatnya, mana hal-hal yang dilarang dan
mana yang harus dikerjakan menurut perintah Allah swt.
4. Memberikan
contoh kepada umatnya bagaimana cara menghiasi diri dengan sifat-sifat yang
utama seperti berkata benar, dapat dipercaya, menepati janji, sopan kepada
sesama, santun kepada yang lemah, dan sebagainya.
5. Menyampaikan
kepada umatnya tentang berita-berita gaib sesuai dengan ketentuan yang
digariskan Allah swt.
6. Memberikan
kabar gembira bagi siapa saja di antara umatnya yang patuh dan taat kepada
perintah Allah swt. dan rasul-Nya bahwa mereka akan mendapatkan balasan surga,
sebagai puncak kenikmatan yang luar biasa. Sebaliknya mereka membawa kabar
derita bagi umat manusia yang berbuat zalim (aniaya) baik terhadap Allah swt,
terhadap manusia atau terhadap makhluq lain, bahwa mereka akan dibalas dengan
neraka, suatu puncak penderitaan yang tak terhingga.(Q.S. al-Bayyinah: 6-8)
Tugas-tugas rasul di
atas, ditegaskan secara singkat oleh nabi Muhammad saw.dalam sabdanya sebagai
berikut: عَنْ
اَبِى هُرَيْرَةَ
رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ
اللهِ ص م : إِنَّمَا بُعِثْتُ لأُِتَمِّمَ صَالِحَ اْلأَخْلاَقِ (رَوَاهُ أَحْمَد بن حَنْبَل) Dari Abi Hurairah r.a. ia berkata: Rasulullah saw. pernah bersabda:
Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia. (H.R. Ahmad
bin Hanbal)
C. TANDA-TANDA BERIMAN KEPADA RASUL-RASUL
ALLAH
Di antara tanda-tanda
orang yang beriman kepada rasul-rasul Allah adalah sebagai berikut:
1.
Teguh keimanannya kepada Allah swt
Semakin
kuat keimanan seseorang kepada para rasul Allah, maka akan semakin kuat pula
keimanannya kepada Allah swt. Ketaatan kepada para rasul adalah bukti keimanan
kepada Allah swt. Seseorang tidak bisa dikatakan beriman kepada Allah swt.
tanpa disertai keimanan kepada rasulNya. Banyak ayat al Quran yang menyuruh
taat kepada Allah swt. disertai ketaatan kepada para rasulNya, antara lain
dalam surah An Nisa ayat 59, Ali Imran ayat 32, Muhammad ayat 33 dan
sebagainya. Dua kalimat syahadat sebagai rukun Islam pertama adalah pernyataan
seorang muslim untuk tidak memisahkan antara keimanan kepada Allah swt. di satu
sisi, dan keimanan kepada Rasulullah di sisi lainnya. Dalam bahasa lain,
beriman kepada para rasul Allah dengan melaksanakan segala sunah-sunahnya dan
menghindari apa yang dilarangnya adalah dalam rangka ketaatan kepada Allah swt.
2.
Meyakini kebenaran yang dibawa para
rasul
Kebenaran
yang dibawa para rasul tidak lain adalah wahyu Allah baik yang berupa Al-Quran
maupun hadis-hadisnya. Meyakini kebenaran wahyu Allah adalah masalah yang
sangat prinsip bagi siapapun yang mencari jalan keselamatan, karena wahyu Allah
sebagai sumber petunjuk bagi manusia.
Seseorang akan bisa meyakini kebenaran wahyu Allah, jika terlebih dahulu dia beriman kepada rasul Allah sebagai pembawa wahyu tersebut. Mustahil ada orang yang langsung bisa menerima suatu kebenaran yang dibawa oleh orang lain, padahal dia tidak yakin bahkan tidak mengenal terhadap sipembawa kebenaran tersebut. Allah menjelaskan dalam surah Al Baqarah ayat 285 yang artinya sebagai berikut: “Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya.”(Q.S. Al Baqarah 285).
Seseorang akan bisa meyakini kebenaran wahyu Allah, jika terlebih dahulu dia beriman kepada rasul Allah sebagai pembawa wahyu tersebut. Mustahil ada orang yang langsung bisa menerima suatu kebenaran yang dibawa oleh orang lain, padahal dia tidak yakin bahkan tidak mengenal terhadap sipembawa kebenaran tersebut. Allah menjelaskan dalam surah Al Baqarah ayat 285 yang artinya sebagai berikut: “Rasul telah beriman kepada Al-Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya.”(Q.S. Al Baqarah 285).
Bagi
tiap-tiap orang yang beriman wajib meyakini kebenaran yang dibawa oleh para
rasul, kemudian mengamalkan atau menepati kebenaran tersebut. Bagi umat Nabi
Muhammad saw. tentulah kebenaran atau ajaran yang diamalkannya ialah yang
dibawa oleh Nabi Muhammad saw.
3.
Tidak membeda-bedakan antara rasul yang
satu dengan yang lain
Dengan beriman kepada rasul-rasul Allah otomatis berarti tidak membeda-bedakan antara rasul yang satu dengan rasul yang lain. Artinya seorang mukmin dituntut untuk meyakini kepada semua rasul yang pernah diutus oleh Allah swt. Tidak akan terlintas sedikitpun dalam hatinya untuk merendahkan salahsatu dari rasul-rasul Allah atau beriman kepada sebagian rasul dan kufur kepada sebagian yang lain. Sikap seorang mukmin adalah seperti yang digambarkan oleh Allah swt. dalam surah Al Baqarah ayat 285: "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasulNya." Dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdo'a): "Ampunilah kami ya Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali." (Q.S. Al-Baqarah : 285)
Dengan beriman kepada rasul-rasul Allah otomatis berarti tidak membeda-bedakan antara rasul yang satu dengan rasul yang lain. Artinya seorang mukmin dituntut untuk meyakini kepada semua rasul yang pernah diutus oleh Allah swt. Tidak akan terlintas sedikitpun dalam hatinya untuk merendahkan salahsatu dari rasul-rasul Allah atau beriman kepada sebagian rasul dan kufur kepada sebagian yang lain. Sikap seorang mukmin adalah seperti yang digambarkan oleh Allah swt. dalam surah Al Baqarah ayat 285: "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun (dengan yang lain) dari rasul-rasulNya." Dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan kami taat." (Mereka berdo'a): "Ampunilah kami ya Tuhan kami, dan kepada Engkaulah tempat kembali." (Q.S. Al-Baqarah : 285)
4.
Menjadikan para rasul sebagai uswah
hasanah
Para
rasul yang ditetapkan oleh Allah swt. untuk memimpin umatnya adalah orang-orang
pilihan di antara mereka. Sebelum menerima wahyu dari Allah swt, mereka adalah
orang-orang yang terpandang di lingkungan umatnya, sehingga selalu menjadi
acuan perilaku atau suri tauladan bagi orang-orang di lingkungannya. Apalagi
setelah menerima wahyu, keteladanan mereka tidak diragukan lagi, karena mereka
selalu mendapat bimbingan dari Allah swt.
Dalam surah Al Ahzab ayat 21 Allah swt. menegaskan sebagai berikut:
“Sungguh pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik bagi kamu,” (Q.S. Al Ahzab ayat 21).
Dalam surah Al Ahzab ayat 21 Allah swt. menegaskan sebagai berikut:
“Sungguh pada diri Rasulullah terdapat suri tauladan yang baik bagi kamu,” (Q.S. Al Ahzab ayat 21).
Sebab itu, apa yang diucapkan atau yang
dikerjakan rasulullah harus dicontoh atau diikuti, dan sebaliknya apa –apa yang
dilarangnya harus dihindarkan.(Q.S. Al Hasyr ayat 7).
Selain
itu, keharusan kita meneladani rasul-rasul Allah karena alasan-alasan sebagai
berikut:
a.
Semua rasul-rasul dima’shum oleh Allah
swt. Artinya mereka selalu dipelihara dan dijaga oleh Allah swt. untuk tidak
melakukan perbuatan-perbuatan keji atau dosa. Selaku manusia sebenarnya bisa
jadi mereka berbuat kesalahan, tetapi langsung oleh Allah swt. ditegur atau
diluruskan.( Sebagai contoh coba anda baca asbabunnuzul surah ‘Abasa).
b.
Semua rasul Allah mempunyai sifat-sifat
terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan pribadi mereka. Sifat-sifat terpuji
tersebut adalah sebagai berikut:
1). Shiddiq (benar).
Mereka selalu berkata benar, dimana, kapan dan dalam keadaan bagaimanapun
mereka tidak akan berdusta (kadzib).
2).Amanah, yaitu
dapat dipercaya, jujur, tidak mungkin khianat.
3). Tabligh, artinya mereka senantiasa konsekwen
menyampaikan kebenaran (wahyu) kepada umatnya. Tidak mungkin mereka
menyembunyikan kebenaran yang diterimanya dari Allah swt. (kitman), meskipun
mereka harus menghadapai resiko yang besar
4). Fathanah, artinya semua rasul-rasul adalah
manusia-manusia yang cerdas yang dipilih Allah swt. Tidak mungkin mereka bodoh
atau idiot (baladah).
Khusus nabi Muhammad saw. sebagai pemimpin para rasul
(sayyidul mursalin) mendapat sanjungan dan pujian yang luar biasa dari Allah
swt. disebabkan karena akhlaknya sebagaimana tersebut dalam surah Al Qalam ayat
4 yang artinya “Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang
agung “ (Q.S. Al Qalam: 4).
5. Meyakini
rasul-rasul Allah sebagai rahmat bagi alam semesta
Setiap rasul yang diutus oleh Allah swt. pasti membawa rahmat bagi umatnya. Artinya kedatangan rasul dengan membawa wahyu Allah adalah bukti kasih sayang (rahmat) Allah terhadap manusia. Rahmat itu akan betul-betul bisa diraih oleh manusia (umatnya) manakala mereka langsung merespon terhadap tugas rasul tersebut. Di dalam Al-Quran dikatakan bahwa diutusnya Nabi Muhammad saw. ke dunia merupakan rahmat (kesejahteraan) hidup di dunia dan akhirat."Dan tidaklah Kami mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta." (Q.S. Al-Anbiya : 107).
Setiap rasul yang diutus oleh Allah swt. pasti membawa rahmat bagi umatnya. Artinya kedatangan rasul dengan membawa wahyu Allah adalah bukti kasih sayang (rahmat) Allah terhadap manusia. Rahmat itu akan betul-betul bisa diraih oleh manusia (umatnya) manakala mereka langsung merespon terhadap tugas rasul tersebut. Di dalam Al-Quran dikatakan bahwa diutusnya Nabi Muhammad saw. ke dunia merupakan rahmat (kesejahteraan) hidup di dunia dan akhirat."Dan tidaklah Kami mengutus kamu (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta." (Q.S. Al-Anbiya : 107).
6.
Meyakini Nabi Muhammad saw. sebagai
Nabi dan Rasul terakhir
Nabi Muhammad saw. adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus oleh Allah swt. ke muka bumi ini. Tidak akan ada lagi nabi atau rasul sesudah beliau saw. Hal ini merupakan keyakinan umat Islam yang sangat prinsip dan telah disepakati oleh seluruh ulama mutaqaddimin dan mutaakh-khirin yang didasarkan kepada dalil-dalil naqli yang qath’i (pasti) dan dalil-dalil “aqli yang logis antara lain sebagai berikut:
Nabi Muhammad saw. adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus oleh Allah swt. ke muka bumi ini. Tidak akan ada lagi nabi atau rasul sesudah beliau saw. Hal ini merupakan keyakinan umat Islam yang sangat prinsip dan telah disepakati oleh seluruh ulama mutaqaddimin dan mutaakh-khirin yang didasarkan kepada dalil-dalil naqli yang qath’i (pasti) dan dalil-dalil “aqli yang logis antara lain sebagai berikut:
a.
Q.S. Al Ahzab ayat 40 yang artinya: “
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu,
tetapi dia adalah rasulullah dan penutup para nabi. Dan adalah Allah maha
mengetahui terhadap segala sesuatu. (Q.S. Al Ahzab: 40). Dalam ayat ini Allah
menyatakan secara jelas bahwa Muhammad adalah khatamannabiyin (penutup para
nabi).
b.
Dalam hadis Mutawatir yang diriwayatkan
oleh Imam Ahmad bin Hambal dari Anas bin Malik sebagai berikut:
اِنَّ
الرِّسَالَةَ
وَالنُّبُوَّةَ
قَدِ انْقَضَتْ
فَلاَ نَبِيَّ
وَلاَ رَسُوْلاً
بَعْدِى
(رَوَاهُ
اَحْمَد
بن حَنْبَل).
Sesungguhnya risalah kenabian itu telah habis. Maka tidak ada nabi dan rasul sesudahku. ( H.R. Ahmad bin Hambal)
Sesungguhnya risalah kenabian itu telah habis. Maka tidak ada nabi dan rasul sesudahku. ( H.R. Ahmad bin Hambal)
c.
Dalam hadis shahih riwayat Imam
Bukhari, Ahmad Ibnu Hibban dari Abi Hurairah sebagai berikut:
مَثَلِي
وَمَثَلُ
الْأَنْبِيَاءِ
مِنْ قَبْلِي
كَمَثَلِ
رَجُلٍ بَنَى دَارًا بِنَاءً
فَاَحْسَنَهُ
وَأَجْمَلَهُ
إِلَّا مَوْضِعَ
لَبِنَةٍ
مِنْ زَاوِيَةٍ
مِنْ زَوَايَاهُ
فَجَعَلَ
النَّاسُ
يَطُوفُونَ
بِهِ وَيَعْجَبُونَ
لَهُ وَيَقُولُونَ
: هَلَّا وَضَعْتَ
هَذِهِ اللَّبِنَةُ
؟ قَالَ فَأَنَا اللَّبِنَةُ وَأَنَا خَاتِمُ الأَنْبِيَاءِ
(رَوَاهُ
الْبُخَارِى).
Sesungguhnya
perumpamaan diriku dengan nabi-nabi sebelumku adalah sama dengan seseorang yang
membuat sebuah rumah; Diperindah dan diperbagusnya (serta diselesaikan segala
sesuatunya) kecuali tempat (yang dipersiapkan) untuk sebuah batu bata di sudut
rumah itu. Orang-orang yang mengelilingi rumah itu mengaguminya, tetapi
bertanya: “Mengapa engkau belum memasang batu bata itu ?” Nabipun berkata: “
Sayalah batu bata (terakhir) sebagai penyempurna itu, dan sayalah penutup para
nabi.” (H.R. Bukhari).
d.
Dalam hadits Shahih Bukhari Muslim dari
Abi Hurairah r.a. dinyatakan sebagai berikut:
لاَ
تَقُوْمُ
السَّاعَةُ
حَتَّى يَبْعَثَ
رِجَالُوْنَ
كَذَّابُوْنَ
قَرِيْبٌ
مِنْ ثَلاَثِيْنَ
كُلُّهُمْ
يَزْعَمُ
اَنَّهُ
رَسُوْلَ
اللهِ (رَوَاهُ الْبُخَارِى وَمُسْلِم عَنْ اَبِى هُرَيْرَة)
Artinya: Tidak akan terjadi kiamat kecuali akan keluar (muncul) tukang-tukang
bohong (para penipu) kira-kira 30 orang. Semuanya mengaku dirinya sebagai rasul
Allah.(H.R. Bukhari dan Muslim dari Abi Hurairah).
e.
Q.S. Al-Maidah ayat 3 yang artinya:
“Pada hari ini Kusempurnakan untuk kamu agama kamu, dan telah kucukupkan
nikmatKu, dan telah Kuridhai Islam menjadi agama buat kamu.”
Ayat di atas adalah
wahyu Allah swt. yang terakhir diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Dalam ayat
ini Allah swt. Menyatakan bahwa Islam sebagai agama yang diridhaiNya dan
bersumberkan dari wahyuNya telah sempurna. Artinya tidak perlu lagi ada
tambahan atau pengurangan yang menggambarkan ketidaksempurnaannya.
f.
Hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Malik
نِ
مَا اِنْ تَمَسَّكْتُمْ
بِهِمَا
لَنْ تَضِلُّوْا
اَبَدًا
كِتَابَ
اللهِ وَسُنَّةَ
رَسُوْلِهِ
(رَوَاهُ
مَالِك)
Artinya: “Dua hal telah aku tinggalkan pada kalian, jika kalian berpegang teguh
kepada keduanya, maka kalian tidak akan tersesat selama-lamanya. Dua perkara
itu ialah Al Quran dan Sunah Nabi.” (H.R. Imam Malik).
Hadits di atas
menjelaskan bahwa cukuplah bagi umat Islam untuk menjadikan Al-Quran dan sunnah
nabi saja sebagai pedoman hidupnya. Selama mereka tetap konsisten dengan
keduanya sampai kapanpun dan dimanapun tidak akan tersesat. Sebab Al-Quran
merupakan kitab terlengkap yang mampu memberikan solusi kepada seluruh aspek
kehidupan manusia sebagaimana dinyatakan Allah dalam firmannya: “Tidaklah kami alpakan sesuatupun di dalam
Al Kitab (Al Quran), kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpun. (Q.S. Al
An’am: 38). Demikian pula Nabi Muhammad saw.seluruh kehidupannya baik ucapan,
perbuatan ataupun ketetapannya merupakan rujukan bagi kita.
Dengan demikian, jika
ada lagi nabi setelah nabi Muhammad saw. berarti wahyu Allah akan turun lagi
dan akan ada lagi serentetan hadis dari nabi atau rasul yang baru tersebut. Ini
berarti menunjukkan ketidak sempurnaan ajaran Allah swt, ketidak validan Al
Quran, dan ketidak lengkapan atau kelemahan sunah nabi. Hal ini sangat mustahil
dan sangat bertentangan dengan pernyataan Allah swt. dalam Q.S. Al Maidah ayat
3 dan hadis nabi di atas. Sungguh ini merupakan pelecehan terhadap Allah,
Al-Quran dan nabi Muhammad Saw. Naudzubillah min dzalika. Pantaslah kita simak
pernyataan Syaikh Jamaluddin Muhammad Al Anshari dalam bukunya “Lisanul Arab”
sebagai berikut: “Merujuk kepada Al Quran dan hadis mutawatir di atas, kalau
ada orang yang mengatakan masih akan ada nabi setelah nabi Muhammad saw. atau
ada orang yang mengaku menjadi nabi atau rasul maka mereka telah sesat dan
kafir.”
7.
Mencintai Nabi Muhammad saw.
Mencintai
nabi Muhammad saw. adalah suatu keniscayaan dan menduduki peringkat yang paling
tinggi, tentu setelah kecintaan kepada Allah swt, dibandingkan dengan kecintaan
kepada selain beliau. Seseorang belum dikatakan sungguh-sungguh mencintai
Rasulullah saw. jika ia masih menomorduakan kecintaan kepada beliau di bawah
kecintaan kepada selain beliau. Mari kita renungkan firman Allah swt. dalam
Q.S. At-Taubah ayat 24 yang artinya sebagai berikut: “ Katakanlah , “Jika
bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri dan kaum keluarga kalian
; juga harta kekayaan yang kalian khawatirkan kerugiannya, dan rumah-rumah
tempat tinggal yang kalian sukai adalah lebih kalian cintai daripada Allah dan
RasulNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan (azab)-Nya.” Allah
tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang fasiq.” (Q.S. At-Taubah ayat 24).
Kecintaan
kepada Allah swt. dan Rasul-Nya juga merupakan parameter keimanan seseorang.
Lebih dari itu, manisnya iman akan dirasakan seorang muslim jika dia telah
menjadikan Allah swt. dan Rasul-Nya lebih dia cintai daripada ragam
kecintaannya kepada sekelilingnya. Rasulullah saw. telah bersabda:
ثَلاَثَةٌ مَنْ كَانَ فِيْهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيْمَانِ : اَنْ يَكُوْنَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ اَحَبَّ اِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَاَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ اِلاَّ ِللهِ وَ اَنْ يَكْرَهَ اَنْ يَعُوْدَ فِِى الْكُفْرِ بَعْدَ اِذْ اَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ اَنْ يُلْقَى فِى النَّارِ (رَوَاهُ الْبُخَارِى وَمُسْلِم عَنْ اَنَس)
ثَلاَثَةٌ مَنْ كَانَ فِيْهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيْمَانِ : اَنْ يَكُوْنَ اللهُ وَرَسُوْلُهُ اَحَبَّ اِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَاَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ اِلاَّ ِللهِ وَ اَنْ يَكْرَهَ اَنْ يَعُوْدَ فِِى الْكُفْرِ بَعْدَ اِذْ اَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ كَمَا يَكْرَهُ اَنْ يُلْقَى فِى النَّارِ (رَوَاهُ الْبُخَارِى وَمُسْلِم عَنْ اَنَس)
Ada
tiga perkara, siapa yang memilikinya, ia telah menemukan manisnya iman:
·
orang yang mencintai Allah dan
Rasul-Nya lebih daripada yang lainnya;
·
orang yang mencintai seseorang hanya
karena Allah;
·
orang yang tidak suka kembali kepada
kekufuran sebagaimana ia tidak suka dilemparkan ke dalam api neraka.
(H.R. Muttafaq alaih ) Dalam kitab Min Muqawwimat an- Nafsiyah al –Islamiyah arti cinta seorang hamba kepada Allah dan Rasul-Nya adalah mentaati dan mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya.” Al Baidhawi berkata, :” Cinta adalah keinginan untuk taat.”Al-Zujaj juga berkata: “Cinta manusia kepada Allah dan Rasul-Nya adalah mentaati keduanya serta meridhai segala perintah Allah dan segala ajaran yang dibawa Rasullah saw.” Kecintaan kita kepada Rasulullah saw. mengharuskan kita untuk menyelaraskan semua hal yang terkait dengan pribadi maupun sosial kita.
(H.R. Muttafaq alaih ) Dalam kitab Min Muqawwimat an- Nafsiyah al –Islamiyah arti cinta seorang hamba kepada Allah dan Rasul-Nya adalah mentaati dan mengikuti perintah Allah dan Rasul-Nya.” Al Baidhawi berkata, :” Cinta adalah keinginan untuk taat.”Al-Zujaj juga berkata: “Cinta manusia kepada Allah dan Rasul-Nya adalah mentaati keduanya serta meridhai segala perintah Allah dan segala ajaran yang dibawa Rasullah saw.” Kecintaan kita kepada Rasulullah saw. mengharuskan kita untuk menyelaraskan semua hal yang terkait dengan pribadi maupun sosial kita.
D. BUKTI-BUKTI CINTA KEPADA RASUL
Bukti-bukti cinta
kepada Rasul harus meneladani seluruh aspek kehidupan Rasulullah, misalnya:
1.
Dalam ibadahnya diwujudkan dalam bentuk
ketundukan dalam menjalankan dan memelihara salat sesuai dengan tuntunan
beliau. Beliau bersabda:
صَلُّوْا
كَمَا رَاَيْتُمُوْنِى
اُصَلِّى
“Salatlah kalian sebagaimana aku salat”.
(H.R. Bukhari)
2.
Dalam tatacara berpakaian yang menutup
aurat, sopan, bersih dan indah, makan makanan yang halal, bersih dan bergizi,
makan tidak sampai kenyang, tidak makan kecuali setelah dalam keadaan lapar.
3.
Dalam berkeluarga, misalnya sebagai
seorang suami yang harus melindungi, mencintai dan menyayangi keluarganya.
Beliau bersabda:
بِّبَ اِلَيَّ
مِنْ دُنْيَاكُمْ
ثَلاَثٌ
: اَلطِّيْبُ
وَالنِّسَاءُ
وَجُعِلَتْ
قُرَّةُ
عَيْنِى
فِى الصَّلاَةِ
(رَوَاهُ النّسَائِ).
Telah ditanamkan padaku di dunia ini
tiga perkara: rasa cinta kepada wanita, wewangian, serta dijadikan mataku sejuk
terhadap salat. (H.R. an-Nasai)
4.
Sebagai pemimpin umat, Beliau lebih
mendahulukan kepentingan umatnya daripada kepentingan pribadinya; Beliau bukan
tipe manusia individualistik yang hanya memikirkan dirinya sendiri.
5.
Sebagai anggota masyarakat, Beliau
bukan manusia yang suka berdiam diri di rumah seraya memisahkan diri dengan
masyarakat sekitar, tetapi selalu berinteraksi dengan semua lapisan masyarakat
dan sering mengunjungi rumah-rumah para sahabatnya.
E. NILAI-NILAI YANG HARUS DIAPLIKASIKAN
DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
1.
Istiqamah dalam menjalankan syari’at
agama
2.
Tabah dan sabar dalam menghadapi
musibah
3.
Selalu optimis dan tidak pernah putus
asa
4.
Peduli terhadap kaum dhu’afa
5.
Selalu melaksanakan ibadah-ibadah sunah
6.
Tidak membeda-bedakan para Rasul-rasul
Allah
7.
Meyakini isi kitab-kitab yang dibawa
oleh para Rasul
8.
Meyakini para Rasul memiliki
sifat-sifat terpuji
9. Menjadikan
Rasul sebagai suri tauladan
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Menurut Imam
Baidhawi, Rasul adalah orang yang diutus Allah swt. dengan syari’at yang baru
untuk menyeru manusia kepadaNya. Sedangkan nabi adalah orang yang diutus Allah
swt. untuk menetapkan (menjalankan) syari’at rasul-rasul sebelumnya.
Tugas pokok para
rasul Allah ialah menyampaikan wahyu yang mereka terima dari Allah swt. kepada
umatnya. Tugas ini sungguh sangat berat, tidak jarang mereka mendapatkan
tantangan, penghinaan, bahkan siksaan dari umat manusia. Karena begitu berat
tugas mereka, maka Allah swt. memberikan keistimewaan yang luar biasa yaitu
berupa mukjizat.
Mukjizat ialah suatu
keadaan atau kejadian luar biasa yang dimiliki para nabi atau rasul atas izin
Allah swt. untuk membuktikan kebenaran kenabian dan kerasulannya, dan sebagai
senjata untuk menghadapi musuh-musuh yang menentang atau tidak mau menerima
ajaran yang dibawakannya.
Memberikan contoh
kepada kami bagaimana cara menghiasi diri dengan sifat-sifat yang utama seperti
berkata benar, dapat dipercaya, menepati janji, sopan kepada sesama, santun
kepada yang lemah, dan sebagainya.
Semua rasul Allah
mempunyai sifat-sifat terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan pribadi mereka.
Sifat-sifat terpuji tersebut adalah sebagai berikut:
1). Shiddiq (benar). Mereka selalu berkata benar,
dimana, kapan dan dalam keadaan bagaimanapun mereka tidak akan berdusta
(kadzib).
2).
Amanah, yaitu dapat dipercaya, jujur, tidak mungkin khianat.
3).
Tabligh, artinya mereka senantiasa konsekwen menyampaikan kebenaran (wahyu)
kepada umatnya. Tidak mungkin mereka menyembunyikan kebenaran yang diterimanya
dari Allah swt. (kitman), meskipun mereka harus menghadapai resiko yang besar
4).
Fathanah, artinya semua rasul-rasul adalah manusia-manusia yang cerdas.
Semakin kuat keimanan
seseorang kepada para rasul Allah, maka akan semakin kuat pula keimanannya
kepada Allah swt. Ketaatan kepada para rasul adalah bukti keimanan kepada Allah
swt. Seseorang tidak bisa dikatakan beriman kepada Allah swt. tanpa disertai
keimanan kepada rasulNya. Banyak ayat al Quran yang menyuruh taat kepada Allah
swt. disertai ketaatan kepada para rasulNya
B. SARAN
Penulis memberikan beberapa saran yang
berkaitan dengan iman kepada Nabi dan Rasul :
·
Mengajarkan kepada kami bagaimana cara
menyembah atau beribadah kepada Allah swt. Ibadah kepada Allah swt. sudah
dicontohkan dengan pasti oleh para rasul, tidak boleh dibikin-bikin atau
direkayasa. Ibadah dalam hal ini adalah ibadah mahdhah seperti salat, puasa dan
sebagainya. Menambah-nambah, merekayasa atau menyimpang dari apa yang telah
dicontohkan oleh rasul termasuk kategori “bid’ah,” dan bid’ah adalah kesesatan.
·
DAFTAR
PUSTAKA
K.H.
Firdaus A.N. 1977.Iman kepada Rasul-rasul
Allah, hal 75-79.Publicita, Jakarta
Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka,
1997.
Departemen
Perindustrian dan Perdagangan, Kamus Lengkap Perdagangan Internasional,
Jakarta: Penerbit Direktorat Jenderal Perdagangan Internasional, 1998.
Erawaty, Elly AF., dan
J.S. Badudu, Kamus Hukum Ekonomi Inggris-Indonesia, Jakarta: Proyek
ELIPS, 1996.
Kartajoemana, H.S., GATT,
WTO dan Hasil Uruguay Round, Jakarta: Penerbit UI Press, 1997.
____________, GATT
dan WTO, Sistem Forum dan Lembaga Internasional di Bidang Perdagangan,
Jakarta: Penerbit UI-Press, 1996.
Kartika,
Dewi, “Analisis Pengenaan Ketentuan Anti Dumping dalam GATT dan WTO di
Indonesia.” Skripsi. Jakarta: Program Sarjana Fakultas Ilmu Sosial dan
Politik Universitas Indonesia, 2008..
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur penulis
panjatkan kepada Allah SWT atas Rahmat dan Karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah Agama dengan judul “IMAN KEPADA NABI DAN RASUL”.
Penulisan makalah merupakan salah satu
tugas untuk menunjang pembelajaran Agama. Dalam penulisan makalah, penulis
merasa masih banyak kekurangan baik dalam segi penulisan maupan kecakupan
materi. Kritik dan saran sangat penulis butuhkan agar dapat menjadi lebih baik.
Dalam penyelesaian penulisan makalah
ini, tentu banyak pihak yang terlibat di dalamnya, penulis mengucapkan terima
kasih kepada seluruh pihak yang telah terlibat di dalam penulisan makalah ini.
Penulis berharap tulisan ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak khususnya penulis.
Makassar,
09 Oktober 2012
Penulis
KELOMPOK
3
|
DAFTAR
ISI
HALAMAN
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG......................................................................... 1
B.
RUMUSAN MASALAH...................................................................
C.
TUJUAN MASALAH.........................................................................
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................
A.
PENGERTIAN IMAN KEPADA RASUL-RASUL
ALLAH...............
B.
TUGAS PARA RASUL....................................................................
C.
TANDA-TANDA BERIMAN KEPADA RASUL-RASUL
ALLAH....
D.
BUKTI-BUKTI CINTA KEPADA RASUL.........................................
E.
NILAI-NILAI YANG HARUS DIAPLIKASIKAN
DALAM
KEHIDUPAN
SEHARI-HARI.........................................................
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar